Manaqib Sayyidatuna Fathimah al-Batuul (28)


Sesampai di rumah masih banyak debu yang berada di kepala Rosul Allah SAW. Sayyidatuna Fathimah mendekati ayahnya, membersihkan debu yang mengotori kepala ayahnya, tanpa terasa air mata membasahi wajahnya. Fathimah ingin menahan tangisannya, akan tetapi tidak mampu menahan air matanya. Fathimah terus membersihkan kepala ayahnya dan Fathimah terus menangis.. Menangis.. Menangis..

Nabi SAW menoleh sembari berkata, “Wahai Putriku, janganlah engkau menangis sebab Allah akan menampakkan agama ini. Tidak ada tempat yang terbuat dari batu, tanah atau kayu (seluruh tempat) kecuali agama ayahmu akan masuk baik menjadikan mereka mulia atau menjadikan mereka hina.”
Beginilah keadaan mereka terus dalam keadaan jihad dengan kesabaran.

Haripun berlalu.. Kesehatan Sayyidatuna Khadijah semakin melemah, sakitnya semakin parah. Sayyidatuna Fathimah dan Ummu Kultsum setia mendampingi duduk di samping ibunya. Rintihan sakit terdengar dari bibir Sayyidatuna Khadijah, air matanya pun tak sanggup menutupi rasa sakitnya.

Bersambung

Manaqib Sayyidatuna Fathimah al-Batuul (27)

Rosul Allah SAW telah memberi kabar bahwa isi surat perjanjian yang zholim itu telah di makan Rayap kecuali bagian yang bertuliskan nama ALLAH (surat tersebut berada dalam kotak yang terkunci dan di simpan di dalam Ka’bah). Maka selesailah pemboikotan tersebut, akan tetapi peristiwa pemboikotan ini berdampak sangat buruk. Selang beberapa hari, datang kabar yang sangat menyedihkan yaitu kabar meninggalnya Abi Thalib. Abi Thalib adalah orang yang selalu mencegah dan melindungi (menahan) gangguan orang kafir Quraisy dengan memanfaatkan kedudukannya, kewibawaanya, pengaruhnya, kekayaanya juga usianya yang di tuakan. Abi Thalib berusaha dengan segala macam cara.

Ketika meninggal Abi Thalib, tertawa dengan gembiranya orang kafir Quraisy. Semakin parah gangguan dan siksaan yang di terima oleh Rosul Allah SAW. Anak-anak kecil dan budak-budak orang Quraisy mencaci dan menghina, mempermainkan Nabi SAW dengan melempari batu, mereka juga menuangkan debu di kepala Rosul Allah SAW.

Bersambung

Manaqib Sayyidatuna Fathimah al-Batuul (26)

Subhanallah… Seorang perempuan mencintai suaminya sampai ke derajat yang tinggi ini. Sebuah cinta yang menimbulkan rasa tidak ridlo jika suaminya melihat apa yang terjadi atasnya sedang dia dalam keadaan sakit yang sangat parah. Tidak ingin menambah beban kesedihan suaminya, tidak ingin suaminya sedih atasnya.

Sayyidatuna Fathimah bertumbuh dewasa. Masa kecilnya berlalu dalam suasana pemboikotan. Usia 13, 14, 15 berlalu dalam kesusahan dan derita.

Suatu hari datang Bilal bin Rabah ke tempat pemboikotan dengan sembunyi-sembunyi membawa sepotong roti yang di simpan di ketiaknya agar tidak terlihat oleh kafir Quraisy. Bilal mendekati Rosul Allah SAW dan memberikan sepotong roti kepada Beliau SAW. Rosul Allah SAW menyuapi Fathimah kemudian menyuapi Ummu Kulsum dan juga Sayyidatuna Khadijah dengan penuh kasih sayang.

Keadaan demi keadaan penuh dengan kesusahan telah di lalui oleh keluarga yang sangat suci, keluarga yang di cintai Allah SWT. Akhirnya selesailah pemboikotan ini dengan sebab mukjizat yang agung.

Bersambung..

Manaqib Sayyidatuna Fathimah al-Batuul (25)

Berapa banyak Sayyidatuna Fathimah tidak tidur malam menjaga dan melayani ibunya. Nampak suatu perilaku yang sangat mulia dan indah dari akhlaq Fathimah yang bersumber Sang Ibu. Suatu pelajaran yang seharusnya dan seandainya para wanita di zaman sekarang ini untuk meneladaninya, suatu akhlaq yang dapat mengangkat ke derajat yang tinggi.

Sayyidatuna Fathimah setia mendampingi dan duduk di samping ibunya yang dalam keadaan tidak dapat bergerak dan berbicara. Kemudian datang Rosul Allah SAW, merasa dengan kedatangan Rosul Allah SAW, Sayyidatuna Khadijah dengan sekuat tenaga menahan segala rasa sakit. Berdiri dengan semangat dan menampakkan ketegarannya di depan Rosul Allah SAW. Sayyidatuna Khadijah berusaha menutupi rasa sakitnya sehingga tidak menambah beban Rosul Allah SAW. Sayyidatuna Fathimah melihat kejadian yang sangat menakjubkan dan begitu indah. Terdapat pelajaran yang sangat berharga, melihat ikatan cinta yang agung, cinta yang luar biasa dan murni. Sebuah rasa dan pengorbanan cinta yang tidak mengetahui rasa ini baik langit ataupun bumi.

Bersambung..

Manaqib Sayyidatuna Fathimah al-Batuul (24)

Satu sama lain ingin membantu dalam mengemban risalah kenabian dan Rosul Allah SAW sangat sabar menghadapi apa yang terjadi.

Berlalu hari dan malam.. Semua orang tertidur, semua mata tertutup, terdengar teriakan-teriakan, Aaahk.. Aaaahkk.. Aahkk.. Dari banyak sudut ruangan di iringi isak tangis bayi karena sangatnya rasa lapar di sebabkan hari-hari yang mereka lalui di tengah panasnya gurun bahkan tidak secuil rotipun masuk ke perut mereka. Begitu juga keadaan Fathimah dan Ummu Kultsum, sedang Ruqoyyah bersama suaminya dalam rantauan di negeri Habsyah.

Tubuh Fathimah nampak sangat kurus bahkan seolah-seolah kulit perutnya menempel dengan tulang punggungnya karena sangat lapar. Fathimah dengan sekuat tenaga menahan apa yang terjadi demi tegaknya agama. Di satu sisi Sayyidatuna Khodijah jatuh sakit dan terkapar di tempat tidurnya, sehingga memberikan bekas yang sangat menyakitkan bagi Fathimah dan Ummu Kultsum.

Bersambung..

Manaqib Sayyidatuna Fathimah al-Batuul (23)

Sayyidatuna Khadijah yang begitu melimpah hartanya, akan tetapi beliau sekarang berada dalam boikotan di lembah Abi Thalib. Tertimpalah mereka atas apa-apa yang menimpa. Keadaan lapar yang amat sangat luar biasa. Mereka melalui dua atau tiga hari tidak secuil makananpun masuk ke perut mereka. Bahkan mereka sampai dalam keadaan memakan dedaunan yang ada di sekitar mereka hingga nampak urat mereka berwarna hijau. Sedang pemboikotan bukan seminggu, sebulan atau setahun bahkan mendekati 3 tahun dalam keadaan yang amat sangat memperihatinkan ini.

Setahun telah berlalu dan Fathimah telah masuk pada usia 13 tahun. Fathimah mendekati ibunya melewati tangisan-tangisan bayi dan rintihan anak-anak kecil kepada ibunya karena lapar. Sayyidatuna Khadijah dalam keadaan sangat lapar dan lemas, akan tetapi mereka saling menahan dan menutupi satu sama lain agar tidak ada yang saling cemas. Bahkan Rosul Allah SAW menampakkan wajah yang cerah walaupun dalam keadaan yang sama agar mereka tidak cemas. Sungguh pemandangan dan pelajaran yang indah…!!

Bersambung..

Manaqib Sayyidatuna Fathimah al-Batuul (22)

Sayyidatuna Fathimah bertambah dewasa dan sampai pada usia 12 tahun, di tahun ke-7 kenabian tepatnya di bulan Muharram orang-orang kafir Quraisy sepakat dalam satu rencana yang sangat jelek. Mereka sepakat untuk menulis perjanjian yang berisikan kesepakatan untuk memboikot Rosul Allah SAW dalam Syi’ib (lembah) Abi Thalib, semua di boikot dari keluarga Bani Hasyim dan Bani ‘Abdul Mutholib baik yang muslim atau yang kafir. Dalam isi surat perjanjian itu kafir Quraisy sepakat untuk memutuskan semua hubungan dengan mereka, tidak menikahi mereka, tidak jual beli, mencegah segala sebab-sebab masuknya rezeqi kepada mereka, tidak menerima perdamaian sampai Bani ‘Abdul Mutholib menyerahkan Rosul Allah untuk di bunuh.

Orang kafir Quraisy menggantungkan surat perjanjian tersebut di dalam Ka’bah. Bertambah parah keadaan Rosul Allah SAW bersama Sayyidatuna Khadijah. Sayyidatuna Khadijah sebelum Islam merupakan wanita terkaya di negeri arab baik dari golongan laki-laki atau perempuan. Bahkan di katakan, kalau semua harta orang-orang Quraisy di kumpulkan tidak menandingi harta Sayyidatuna Khadijah RA.

Bersambung.

Manaqib Sayyidatuna Fathimah al-Batuul (21)

Ketika umur Sayyidatuna Fathimah 10 tahun datang perintah untuk hijrah ke negeri Habasyah, karena keadaan muslimin di Makkah sangat memperhatinkan atas gangguan-gangguan orang kafir Quraisy. Di satu sisi Rosul Allah SAW telah menikahkan putrinya, Ruqoyyah dengan Sayyidina Utsman RA. Sayyidina Utsman adalah orang yang pertama hijrah dalam Islam ke negeri Habasyah bersama istrinya. Rosul Allah SAW bersabda, “Sesungguhnya Utsman adalah orang yang pertama kali hijrah dengan keluarganya setelah Luth AS.”

Sayyidatuna Ruqoyyah mendapat kedudukan yang mulia ini (sebagai orang yang pertama hijrah dalam Islam). Kita lihat bagaimana Nabi SAW meneguhkan keluarganya yang mana keluarga Beliau SAW selalu terdepan dalam ujian dan cobaan, selalu terdepan dalam perkara-perkara yang sulit. Putri Beliau SAW adalah yang pertama kali hijrah (menempuh perjalanan yang penuh kesulitan di tengah terik matahari dan melewati gurun pasir yang penuh rintangan), kalau kita cermati kita temukan dalam catatan sejarah Islam, keluarga Beliau lah yang pertama kali mengorbankan diri mereka demi Allah dan agama ini.

Kembali Sayyidina Utsman dan Ruqoyyah dari Habasyah ketika turunnya wahyu Surat an-Najm, menyangka orang kafir Quraisy telah masuk islam. Sayyidatuna Fathimah gembira setelah lama berpisah dengan kakak tercinta. Sayyidatuna Fathimah menyambut dengan gembira di sertai saling berpelukan. Kemudian kembali Sayyidatuna Ruqoyyah untuk kedua kalinya ke Habasyah setelah terbukti bahwa kabar keislaman Quraisy adalah dusta.

Masih tetap di rumah dan keluarga yang mulia ini dalam keadaan seperti ini. Yang ini pergi, yang ini datang…! Yang ini menikah, yang ini di ceraikan…!! Cobaan demi cobaan silih berganti, akan tetapi Rosul Allah SAW laksana gunung yang kokoh tidak bergerak sedikitpun. Pantang menyerah dan selalu sabar, yang mana tidak berlalu waktu atau hari melainkan di korbankan demi agama ini.

Bersambung..

Manaqib Sayyidatuna Fathimah al-Batuul (20)

Maka Utbah menceraikan Ruqoyyah dan Utaibah menceraikan Ummu Kultsum. Di tengah panasnya terik matahari kedua putri Nabi SAW tersebut berjalan meninggalkan rumah suaminya, perempuan yang masih muda dan cantik kembali ke rumah ayahnya dengan hati yang penuh luka dan kesedihan. Bayangkan, bagaimana keadaan seorang anak perempuan yang baru saja melaksanakan pernikahan dan merasakan manisnya kasih sayang dan kegembiraan harus merasakan pedihnya dan pahitnya perceraian. Apa salah mereka..? Apa dosa mereka..? Mereka tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Mereka tidak melakukan dosa apapun, akan tetapi karena keras kepala, kebencian dan kebodohan. Baca lebih lanjut

Manaqib Sayyidatuna Fathimah al-Batuul (19)

Yang sangat di sesalkan oleh Rosul Allah SAW bahwa ujian dan gangguan yang di terima beliau, muncul dari orang terdekat sendiri yaitu Abu Lahab (paman Nabi) dan istrinya Ummu Jamil. Setiap hari Sayyidatuna Fathimah menemukan duri-duri dan kotoran di depan pintu rumahnya dan Rosul Allah SAW membersihkannya dengan tetap sabar tidak berbicara. Baca lebih lanjut